Menggunakan GitHub Sebagai Server Draft

Assalamualaikum.

Sebagai penulis, saya sering sekali mengalami rasa jenuh yang berlebih ditengah proses menulis, dan untuk mengatasi hal itu, saya biasanya menggunakan beberapa writerpad secara bergantian untuk menulis ditempat umum, dan writerdeck jika sedang dirumah. Yah,… meskipun saya hanya penulis amatiran dengan topik tulisan yang lebih umum dan ringan, namun, kenyamanan menulis tetap menjadi hal yang sangat penting.

Saya memiliki beberapa writerpad dan writerdeck yang digunakan bergantian untuk mengatasi rasa jenuh ditengah proses menulis, dimana mereka semua, memiliki karakteristik dan sistem operasi yang berbeda atara satu dengan yang lain. Atau dengan kata lain, semua wrierdeck dan writerpad yang saya miliki, memiliki lingkungan kerja dan platform yang berbeda-beda.

Karena itulah, saya memilih dokumen Markdown untuk menyeragamkan proses menulis pada semua perangkat, karena, Markdown merupakan dokumen berjenis teks polos yang ringan namun mendukung pemformatan teks untuk heading, teks tebal, teks miring, tabel dan sebagainya. Mirip-mirip dengan HTML, tapi tidak sekompleks tag HTML.

Sedangkan untuk editor-nya sendiri, saya bisa menggunakan berbagai editor teks yang umum saja, bahkan, editor teks dasar tanpa fitur-pun, sangat sat-set jika hanya digunakan untuk mengedit dokumen Markdown. Yah,… meskipun saya biasanya hanya menggunakan Markor dan Obsidian pada writerpad bersistem operasi Android, lalu Nano dan VIM untuk writerpad bersistem operasi Linux.

Nah, bagi penulis yang sering berganti-ganti writerdeck dan writerpad, tantangan yang di hadapi sebenarnya bukanlah pada editor atau kompatibilitas dokumen lintas platform, melainkan, pada metode singkronisasi lintas plaform yang harus up-to-date, on-time, dan instan. Dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, saya memilih layanan yang disediakan oleh GitHub untuk menyimpan draft buku atau arikel yang sedang ditulis.

Kenapa GitHub? Karena GitHub mendukung traking revisi. Sehingga saya bisa memeriksa mengenai perubahan apa saja yang saya lakukan, dan bisa mengembalikannya seperti sebelum dirubah berdsarkan taggal. Tapi, bukan ini alasan saya memilih GitHub sebagai server draft untuk singkronisasi tulisan yang saya kerjakan. Tapi, karena dukungannya yang luas dan langkah singkronisasi yang cepat. Saya hanya perlu melakukan beberapa langkah sederhana, lalu semuanya akan bekerja dengan baik.

Dengan menggunkan GitHub sebagai server draft, saya jadi memiliki draft yang sama pada semua writerdeck dan writerpad yang saya gunakan, dan bisa membuat buku atau artikel dari perangkat manapun, melanjutkan tulisan dari perangkat manapun, dan menyelesaikannya dari perangkat manapun juga. Dengan GitHub, semuanya jadi praktis tanpa ribet dan tanpa repot-repot pasang cabut flashdisk ke semua perangkat.

Kalian sendiri bagaimana? Apakah kalian juga mudah seperti saya dan sering berganti perangkat untuk menulis?

Ayo, bagikan pengalaman menulis dan cara kalian mengelola rasa jenuh yang hinggap ketika sedang ditengah proses menulis di kolom komentar.

Wassalamualaikum.

0 Komentar