Assalamualaikum
Sudah menjadi rahasia umum, jika belakangan ini, vendor smartphone mulai tidak lagi memperdulikan hak-hak konsumen. Salah satu upayanya adalah dengan benar-benar mengunci produk yang dijualnya. Atau minimal, mempersulit proses kebebasan pengguna.
Apa itu kebebasan pengguna dalam kategori smartphone?
Ia adalah, terbatasnya, atau sulitnya akses layanan untuk membuka kunci bootloader.
Dan, kenapa membuka kunci bootloader ini penting?
Akses buka kunci bootloader ini penting, karena ini menyangkut kebebasan konsumen dalam memelihara sebuah produk yang telah dibelinya secara sah. Karena, jika vendor tidak menyediakan layanan untuk membuka kunci bootloader, atau sangat dipersulit dalam prosesnya, itu sama saja dengan vendor, melarang konsumen yang telah membeli produknya, sekali lagi, YANG TELAH MEMBELI PRODUKNYA SECARA SAH, dilarang untuk melakukan apapun, semisalnya, melarang pemasangan custom ROM, melarang pemasangan sistem operasi lain seperti PostmarketOS Linux, Ubuntu Touch, atau Mobian. Melarang konsumen melakukan root, dan modifikasi software lainnya dengan alasan demi melindungi dan meningkatkan keamanan data konsumen.
Dan, ya. Memang benar jika alasannya seperti itu dan itupun menjadi salah satu layanan yang menjadi nilai jual.
Namun, tidak semua konsumen setuju dengan pembatasan ekstrim seperti itu, tidak semua konsumen menggunakan smartphone utama untuk modifikasi, dan padahal, vendor-pun, telah menyatakan dengan jelas jika dengan melakukan buka kunci bootloader, semua hak konsumen dan garansi yang masih berlaku akan hangus. Tentu saja, sampai disini, konsumen telah memutuskan, dan ketika pilihannya adalah lanjut, maka konsumen telah siap menanggung segala resiko, dimana vendor, bisa lepas tangan mengenai apa yang telah dipilih konsumen.
Jadi, jika vendor tetap memaksa terus mengunci bootloader bahkan sampai pada perangkat yang sudah usang, maka hal ini bisa digambarkan dengan kita membeli rumah yang kursi, ranjang serta lemarinya terbuat dari semen cor yang tidak bisa dipindah, dan hanya bisa ditambah saja. Misalnya vas bunga, taplak meja, kasur dan baju. Tapi pada hakekatnya, kursi, meja, ranjang dan lemari, sudah di pasang permanen, tidak bisa dipindah apalagi diganti.
Dan tidak boleh renovasi!
Selain karena menghalangi kebebasan pengguna, tidak disediakannya layanan buka kunci bootloader juga menghalangi perangkat untuk digunakan ulang, karena bootloader yang terkunci, menghalangi komunitas pengembang untuk menyediakan pembaruan software. Akibatnya, smartphone akan lebih cepat usang, lebih cepat menjadi sampah elektronik yang kian hari kian menumpuk. Apalagi dengan ciri khas vendor yang hanya menyediakan pembaruan software, maksimal 3x saja setelah produksi, lalu mengabaikannya. Ini seolah-olah, vendor memang sengaja memperpendek siklus hidup produknya agar konsumen terus membeli produk baru padahal di sisi hardware, produk tersebut masih sangat layak.
Ya, vendor sengaja memperpendek siklus hidup produknya dengan hanya memberi sedikit pembaruan dan mencegah komunitas menyediakan pembaruan. Dengan begitu, produk akan cepat usang karena tak bisa mengimbangi cepatnya perkembangan perangkat lunak arus utama.
Bahkan, vendor tetap mempersulit proses buka kunci bootloader untuk produk yang sudah berusia diatas 5 tahun. Sungguh ironis sekali, padahal di usia itu, sudah tidak ada lagi garansi yang berlaku, dan vendor juga sudah tidak menyediakan pembaruan sehingga produk menjadi tidak layak pakai karena software yang usang.
Dengan kata lain, konsumen hanya menyewa produk namun tidak perlu mengembalikan. Kenapa? Karena konsumen tetap dikendalikan vendor meski telah membeli suatu produk secara sah.
Padahal, jika diperhatikan secara cermat, spesifikasi hardware yang ditawarkan pada produk baru, tidak berbeda jauh dengan produk sebelumnya karena produk tersebut adalah produk tahunan yang diproduksi untuk meningkatkan penjualan saja, kecuali hanya berbeda pada disain casing dan versi software yang lebih baru.
Jadi, dari kondisi seperti diatas itu, satu-satunya hal yang bisa dilakukan untuk membuat smartphone usang tetap produktif adalah dengan menjadikannya sebagai alat yang berbeda dengan fungsi yang benar-benar baru. Misalnya, sebagai sebuah komputer mini atau writerdeck.
Caranya adalah dengan memaksimalkan aplikasi dan menonaktifkan bloatware bawaan vendor agar tidak memakan sumberdaya berlebih.
Misalnya, sebuah smartphone usang bisa disesuaikan dengan hanya menyisakan sebuah aplikasi editor teks Markor atau Obsidian jika ingin menjadikan smartphone tersebut sebagai writerdeck. Dan, memasang aplikasi pendukung seperti Termux atau Tiny Computer jika berencana menjadikan smartphone tersebut sebagai komputer mini.
Dan,... ya. Prosesnya memang tidak mudah karena untuk melakukan debloating aplikasi bawaan vendor, banyak langkah yang harus di lakukan dan memerlukan pengetahuan yang mendalam. Namun, jika vendor mempermudah proses buka kunci bootloader, maka prosesnya seharusnya bisa lebih mudah, efisien dan permanen, bahkan meski harus menggunakan jasa dari pihak ketiga.
Sedangkan untuk merealisasikan itu, HaPlay Computer hadir dengan melakukan Upcycle juga terhadap disain guna menyesuaikan fungsi yang di tujukan untuk menciptakan pengalaman pengguna yang lebih fokus, tidak lagi sebagai sebuah smartphone biasa.
Jadi, bagaimana pendapat kalian mengenai fenomena ini?
Wassalamualaikum
0 Komentar