Si Mungil Samsung Galaxy A320 di Tahun 2025

Assalamualaikum

Halo teman-teman, hari ini aku ingin berbagi cerita mengenai perangkat mungil yang aku dapatkan dari seseorang, namun dalam kondisi matot atau mati total.

Dan, setelah aku mengusahakan berbagai macam ritual, mantra serta mengadakan manik-maniknya, ponsel mungil ini akhirnya hidup, dan produktif kembali. Jadi, sekaligus untuk pengujian, aku langsung menggunakannya untuk menulis artikel ini.

Awal Kisah

Waktu itu, aku sedang ngopi seperti biasa, pagi-pagi sekali di sebuah kedai yang sempit. aku biasanya membawa kursi keluar kedai dan ngopi diluar, karena diluar, angin terasa lebih menyegarkan, berhembus sepoi-sepoi membelai tiap jengkal kulit ariku ini. Tidak seperti didalam kedai yang cenderung pengap dan membuat kulitku iritasi.

Tak lama berselang, seorang lelaki paruh baya datang. Ia adalah pemilik toko yang berdiri tepat berdampingan dengan kedai kopi langgananku. Sebuah toko yang menjual peralatan audio.

Setelah membuka pintu, tiba-tiba saja lelaki itu menyapaku.

Beliau: Mas, saya ada hape jadul, tapi mati. Masnya mau? Mungkin bisa diambil LCD-nya atau apa.

Saat itu aku masih agak linglung karena sangat tiba-tiba ketika aku sedang asyik browsing. Aku lalu menjawab spontan dan sekenanya;

Aku: Hape apa pak?
Beliau: Hape Samsung. Kalau mau biar saya ambilkan, itu ada didalam.
Aku: Hmmm,... boleh pak, coba saya lihat.

aku-pun diserahi sebuah smartphone yang,.... yah,... memang sangat mungil jika dibandingkan dengan kebanyakan smartphone yang beredar saat ini, namun build quality-nya sangat solid.

Lelaki paruh baya itupun berkata di sela-sela aku memeriksa kondisi fisik ponsel ini.

Beliau: Kemarin saya bawa ke service center-nya di sana, katanya harus nginap dan habis biaya 1.5 juta. Saya sebenarnya suka karena fotonya bagus. Tapi karena terlalu mahal biayanya, jadinya saya bawa lagi. Dan saya sudah sempat bongkar buat liat dalemnya, tapi nggak ngerti, jadi tak tutup lagi. Hahaha ...

Karena menarik, meskipun kondisinya matot, aku tetap menerimanya!

Aku: Oke deh pak, tak bawa ya?
Beliau: Iya, bawa aja. Mungkin LCD nya masih bisa dipake apa gitu.

 

Awal Explorasi

Sesampainya dirumah, aku mulai mencari informasi dari balik casing.

Hape ini sudah diamankan dengan hardcase, jadi aku cukup buka saja hardcase tersebut untuk melihat stiker di baliknya.

Ternyata ponsel ini adalah Samsung Galaxy A320Y yang dipasarkan pada tahun 2017. Ia memiliki ROM sebesar 16GB dan RAM sebesar 2GB. Baterainya berkapasitas 2300mAh, dan seharusnya sudah menggunakan sistem operasi Samsung yang berbasiskan pada Android 8, karena pemilik sebelumnya cukup perhatian dengan update dari vendor.

Ponsel ini sudah cukup jadul namun belum ditinggalkan oleh Google. Paling tidak, untuk dua hingga tiga tahun kedepan, ponsel ini akan terus mendapat pembaruan aplikasi dari Google Play Store.

Kemudian, aku coba melakukan pengisian baterai. Tinggal colok saja, tapi tidak menggunakan charger ponsel standar. Aku mengisinya melalui laptop yang memiliki arus pengisian kecil. Aku menggunakan metode ini karena dulu pernah berhasil menangani Blackberry yang gagal charging dengan arus pengisian kecil seperti ini, tanpa bongkar.

Tapi, ternyata metode ini gagal teman-teman. Ponsel tetap tidak merespon sehingga aku putuskan untuk melakukan pengujian pada baterainya.

Nah, karena tidak memiliki baterai yang cocok, maka aku melakukan sedikit modifikasi, yaitu, dengan mengganti sel baterai aslinya dengan sel baterai lain, lalu mengujinya kembali dengan melakukan charging.

Dan,... ah,... masih gagal juga! Ponsel masih tidak menampakkan tanda-tanda kehidupannya.

Aku-pun membiarkannya sebentar, sekitar dua hari. Namun ketika aku akan menanganinya lagi, eh,... lho? Kok baterainya jadi kembung?

Dari sini, aku yakin jika terjadi short pada mesin utama. Akhirnya, aku pesankan sebuah mesin bekas di salah satu toko online. aku mendapat harga yang cukup murah, yaitu kurang dari 80 ribu rupiah, dan dapat vocer gratis ongkir. Gak pikir panjang lagi, aku langsung klik tombol Beli sekarang agar pesanan cepat dikirim sesegera mungkin.

Munculnya Secercah Harapan

Tiga hari berlalu, paket pesananku-pun tiba. Tanpa menunggu lagi, langsung aku unboxing paket tersebut, dan ternyata, aku juga mendapat beberapa bagian lainnya selain mesin. Yaitu frame LCD, backdoor, kamera depan, kamera belakang dan speaker beserta baut-baut kecilnya.

Ah,.... Lumayan.

Aku segera melepas mesin, lalu segera menggantinya dan memasang baterai modifikasi sebelumnya, lalu aku coba charging, dan, BOOM!

Ponselnya menyala teman-teman. Ia menampilkan indikasi pengisian, dan ini adalah kabar yang sangat menggembirakan.

YAY! CUMA MODAL 80 RIBUAN!!!

Selanjutnya, aku langsung menyalakannya, dan ponsel berhasil menyala sampai masuk ke menu utama Android. Ah,... Mantab sekali...

Akupun mulai melalukan eksplorasi, mengeksplor bagian dalamnya, fitur-fiturnya, yang ketika itu, ponsel ini terasa sangat lemot. Lemot sekali.

Akhirnya, aku putuskan untuk mengembalikan ponsel ke setelan awal pabrik untuk ku atur ulang semuanya agar lebih sat set meskipun spesifikasinya cukup rendah, dan, inilah hasilnya.

Membuka Potensi si Mungil

Setelah ponsel Samsung Galaxy A320 2017 telah kembali ke pengaturan pabrik, aku langsung mengaktifkan Opsi Pengembang untuk merubah skala animasi dari 1x menjadi 0.5x agar transisi animasi berjalan lebih cepat.

Aku juga mengatur nilai minimal DPI menjadi 450 agar layar lebih luas dan tampilan aplikasi menjadi lebih lega, tidak padat dan saling tumpuk.

Selanjutnya, aku mengaktifkan USB Debugging untuk menonaktifkan aplikasi bawaan melalui komputer dengan ADB. Hasilnya? Tentu saja, kini Samsung Galaxy A320 yang memiliki spesifikasi sangat minim, dapat bekerja lebih sat set untuk banyak kegiatan, bahkan ketika digunakan browsing menggunakan Google Chrome yang terkenal berat.

Tapi teman-teman, ponsel ini tidak aku gunakan sebagai ponsel utama, maksudku, ponsel ini tidak dipasangi kartu SIM, jadi, ia hanya aku gunakan sebagai writerpad untuk menulis artikel ataupun story telling untuk konten video.

Munculnya Ide Liar

Beberapa waktu menggunakan Samsung Galaxy A320 ini, aku jadi semakin sayang, karena bentuknya yang mungil, enak digenggam, dan tidak membuat cepat pegal ketika digunakan menulis.

Mungkin karena kecil, jadi bobotnya relatif lebih ringan, sehingga otot tangan lebih rileks ya.

Karena semua bekerja dengan baik, aku mulai berfikir untuk membelikannya baterai. Ya! Aku membelikannya baterai dan ia ku rakit lagi sebagaimana bentuk aslinya.

Aku sebenarnya mulai berfikir untuk memasang sistem operasi yang lebih baru untuk menjaga siklus hidupnya agar lebih panjang, dan aku, juga sudah menemukan dua kandidatnya. Yaitu HaVoc OS yang berbasiskan Android 11 dan ArrowOS yang berbasiskan pada Android 12.

Awalnya, aku berfikir jika dengan sistem operasi yang lebih baru itu, ponsel mungil ini bisa terpelihara hingga 7 tahun kedepan sampai dukungan untuk Android 11 maupun 12 dihentikan.

Namun, aku fikir-fikir lagi, sebaiknya aku akan membiarkannya dengan sistem operasi bawaan saja, yaitu stock ROM yang berbasiskan pada Android 8. Alasannya sederhana, karena aku rindu pada aplikasi yang pernah kutemukan beberapa tahun lalu, yaitu MemeKoolr.

MemeKoolr adalah aplikasi pembuat foto meme yang unik. Ia dibangun menggunakan framework Adobe Air yang pada Android, hanya tersedia pada Android 8 dan yang lebih rendah. Karena pada Android 9, dukungan terhadap framework Adobe Air sudah ditiadakan, sehingga, MemeKoolr tidak akan berfungsi pada sistem operasi Android 9, apalagi yang lebih baru.

Penutup

Saat ini aku hanya menggunakan Samsung Galaxy A320 2017 sebagai writerpad saja dengan Obsidian Editor.

Obsidian Editor berjalan cukup lembut, tidak lag sama sekali setelah aku melakukan optimalisasi sederhana. Dan baterainya juga cukup hemat tanpa kartu SIM.

Kedepannya, aku belum tahu apa yang akan aku lakukan pada ponsel mungil ini. Entah akan menjadikannya sebagai salah satu varian dari produk HaPlay Computer, atau akan tetap hanya seperti ini, dengan bentuk dan fungsi aslinya.

Semua itu, akan ku pikirkan nanti.

Wassalamualaikum.

Karya tulis ini ditulis sepenuhnya menggunakan Obsidian Editor diatas Samsung Galaxy A320 2017.

0 Komentar